Keracunan Sianida : Gejala dan Penanganannya pada Sapi

Sianida merupakan salah satu racun (toksin) yang paling berbahaya di alam dan dapat meracuni hewan termasuk ternak. Ruminansia dapat dengan mudah terkena racun ini karena pemberian pakan. Penyebab utama keracunan sianida pada ruminansia yaitu menelan tanaman yang mengandung zat yang disebut “glikosida sianogenik”.

 

 

Penyebab

Lebih dari 2000 spesies tanaman terjadi suatu proses yang mengubah zatnya menjadi beracun ketika berada di dalam tubuh hewan. Ketika tanaman itu dikunyah, layu, dihancurkan, dibekukan, dicacah, atau dilakukan proses lain, glikosida sianogenik dan enzim dapat bergabung dan membentuk sianida bebas dengan cepat. Ketika hewan ruminansia mengonsumsi bahan-bahan tanaman ini, gas hidrogen sianida dibebaskan dalam rumen (lambung ruminansia) dan cepat diserap ke dalam aliran darah. Ruminansia sangat rentan terhadap keracunan sianida karena mikroorganisme dalam rumen mengandung enzim yang bisa mengubah glikosida sianogenik untuk membebaskan gas sianida. Sianida akan mencegah hemoglobin dalam sel darah merah untuk melepaskan oksigen ke jaringan tubuh hewan yang menyebabkan hewan itu mati karena kekurangan oksigen. Jika penanganan dilakukan dengan segera, racun dapat dinetralisasi tetapi dalam banyak kasus, hewan mati karena sifat toksin yang bekerja dan menyebar cepat.

Beberapa contoh tanaman yang mengandung glikosida sianogenik yaitu singkong, ubi kayu, sorgum, biji almond, lima beans (sejenis kacang polong). Potensi sianogenik tanaman dipengaruhi oleh spesies dan berbagai tanaman, cuaca, kesuburan tanah, dan tahap pertumbuhan tanaman. Tanaman muda, tunas baru, dan pertumbuhan kembali tanaman setelah pemotongan sering mengandung glikosida sianogenik tertinggi. Risiko terjadinya keracunan menurun pada hijauan yang telah masak atau tua.
Helaian daun memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pelepah daun atau batang daun, daun bagian atas memiliki risiko lebih tinggi daripada daun yang lebih tua, dan kepala biji dianggap berisiko rendah. Beberapa herbisida juga telah terbukti meningkatkan potensi tanaman sianogenik. Pengeringan tanaman menurunkan potensi sianogenik dari waktu ke waktu sehingga jerami jarang berbahaya jika dikeringkan dalam waktu yang cukup. Memproses hijauan menjadi silase dapat menurunkan kandungan glikosida sianogenik.

Gejala Keracunan

Racun sianida sangatlah kuat. Jika sejumlah besar kandungan sianida terserap cepat, mekanisme pengeluaran racun dari tubuh akan kewalahan dan hewan dapat mati dengan cepat. Hewan yang teracuni jarang bertahan hidup lebih dari 1 – 2 jam bila mengonsumsi tanaman sianogenik melebihi batas takaran. Biasanya hewan akan mati dalam waktu 5 – 15 menit setelah timbul gejala klinis keracunan. Gejala yang timbul yaitu bernafas cepat (nampak ngos-ngosan), denyut nadi tidak teratur, mulut berbuih, pupil mata membesar, kejang otot, dan sempoyongan. Selaput lendir berwarna merah terang karena kejenuhan oksigen dari hemoglobin.
Penanganan
Penanganan dapat dicoba jika hewan yang terkena racun diketahui dengan segera, tetapi seringkali hewan ditemukan mati. Hubungi dokter hewan segera jika keracunan sianida dicurigai. Pemberian natrium tiosulfat melalui pembuluh darah oleh dokter hewan adalah pengobatan yang efektif untuk keracunan sianida. Dosis dapat diulang setelah beberapa menit jika hewan tidak merespons. Sebagian besar hewan yang hidup setelah perawatan akan pulih kembali.

Pencegahan

– Memberi ternak dengan pakan sorgum atau tanaman lain saat tingginya telah mencapai 50 – 60 cm. Tanaman muda yang tumbuh cepat memiliki kandungan glikosida sianogenik tertinggi, terutama pada daun baru dan ujung lunak. Jangan mengambil tanaman dengan tunas muda.
– Jangan mengambil tanaman selama musim kemarau ketika pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman layu atau terpelintir. Kekeringan meningkatkan peluang peningkatan kadar sianida karena pertumbuhan melambat dan ketidakmampuan tanaman untuk menua/masak akan mendukung pembentukan senyawa sianogenik di daun. Jangan mengambil tanaman pada musim kering sampai 4 – 5 hari setelah turun hujan.
– Jangan mengambil hijauan yang memiliki potensi racun saat cuaca dingin (termasuk di malam hari). Adanya suhu dingin memungkinkan konversi menjadi hidrogen sianida di dalam tanaman.
– Jika kadar sianida tinggi diduga ada dalam suatu tanaman, jangan berikan tanaman tersebut dalam kondisi segar. Ketika hijauan dipotong-potong, biarkan kering sepenuhnya sehingga sianida akan menguap. Biarkan pengeringan lambat dan menyeluruh karena racun dalam tanaman tetap bertahan dalam kondisi lembab dan basah. Tunda pemberian silase 6 hingga 8 minggu setelah proses pembuatan silase.

Penulis : Annisa Rachma Damayanty

Referensi:

Cyanide Poisoning in Ruminants by Michelle Arnold and Cynthia Gaskill (Veterinary Diagnostic Laboratory) and Ray Smith and Garry Lacefield, (Plant and Soil Sciences) – University of Kentucky (College of Agriculture, Food and Environment). 2014 (ID 220).
Yildiz, K., Dokuzeylul, B., Gonul, R., OR Erman, M. 2017. Cyanide Poisoning in Cattle. Journal of Dairy and Veterinary Sciences 1 (14) 2017.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*