Sapi perah merupakan salah satu penghasil susu yang cukup tinggi. Berbeda dengan ternak sapi potong yang dalam pemeliharaannya mengutamakan pembesaran. Ternak sapi perah lebih mengutamakan kualitas susu yang dihasilkan. Oleh sebab itu, peternak diharapkan memiliki wawasan mengenai manajemen pemeliharaan ternak sapi perah yang baik.
Pemeliharaan hewan ternak, terutama sapi perah harus memperhatikan berbagai aspek yang dapat menjadi faktor pendukung munculnya penyakit pada ternak. Berbagai jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan ternak yang kotor, manajemen kandang dan pakan yang tidak baik. Selain itu, alat pemerahan susu yang tidak bersih atau steril, serta petugas pemerah susu yang tidak memperhatikan kebersihan dirinya dapat menjadi faktor pendukung munculnya penyakit pada ternak yang secara ekonomi sangat merugikan peternak. Dalam lingkup ternak sapi perah, penyakit yang sangat merugikan yaitu mastitis.
Apa itu mastitis atau radang ambing?
Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit pada ambing bagian dalam yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau kuman. Bakteri atau kuman utama yang menyebabkan penyakit mastitis yaitu Staphylococcus cocci dan Streptococcus cocci. Penyakit mastitis terjadi karena masuknya bakteri atau kuman tersebut melalui putting yang terbuka, biasanya terjadi setelah proses pemerahan susu. Faktor pendukung dapat disebabkan karena kondisi lingkungan yang kotor, serta peternak yang masih kurang memperhatikan kebersihan alat dan bahan yang digunakan selama proses pemerahan susu, sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi dari bakteri atau kuman penyebab mastitis atau radang ambing.
Mastitis yang sering menyerang sapi perah
Penyakit mastitis yang sering menyerang sapi perah terdiri dari dua macam, yaitu mastitis klinis dan subklinis. Perbedaan antara mastitis klinis dan subklinis dapat dilihat dari gejala atau tanda – tanda yang dapat dilihat secara kasat mata. Mastitis klinis biasanya menunjukan gejala atau tanda – tanda susu yang abnormal, seperti warna susu yang tidak normal, terdapat lendir dan penggumpalan pada susu. Selain itu, putting sapi yang terkena mastitis klinis terasa panas dan sapi akan bereaksi menunjukan rasa sakit apabila putting disentuh, serta terlihat mengalami perubahan ukuran atau bengkak. Berbeda dengan mastitis subklinis yang tidak menunjukan gejala atau tanda – tanda keabnormalan susu, kecuali dengan menggunakan alat bantu atau metode deteksi mastitis.
Kerugian yang ditimbulkan oleh mastitis yaitu penurunan jumlah dan kualitas susu yang dihasilkan, serta dalam keadaan parah dapat menyebabkan putting susu mati atau dengan kata lain tidak dapat menghasilkan susu. Hal tersebut tentu sangat merugikan terutama bagi peternak.
Manajemen dan pencegahan mastitis pada sapi perah
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit mastitis pada sapi perah yaitu dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, manajemen kandang, manajemen petugas pemerah, serta kesehatan ternak. Dengan menerapkan manajemen yang baik dalam pemeliharaan sapi perah tentu akan dapat menurunkan faktor pendukung terjadinya penyakit mastitis.
Hal yang harus diperhatikan oleh peternak yaitu memperhatikan lingkungan ternak yang bersih. Pertama adalah kondisi kandang dan ternak tidak boleh basah dan kotor, kedua yaitu kondisi petugas pemerah dalam keadaan sehat dan bersih, serta ketiga yaitu dalam melaksanakan proses pemerahan yang benar dan menggunakan alat yang bersih dan aman.
Proses pemerahan susu terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Selama proses persiapan peternak harus memastikan kondisi ternak, kandang, serta alat yang digunakan. Kondisi ternak harus dalam keadaan sehat dan tidak stress, kemudian kandang harus bersih, serta alat yang digunakan bersih dan tidak membuat luka putting. Sebelum pemerahan petugas diwajibkan mencuci tangan dan ambing. Selanjutnya proses pemerahan susu dilaksanakan dengan tahapan yang baik, serta penyelesaian pemerahan susu dengan mencuci kembali ambing.
Penulis : I Putu Adi Mas Saputra
Referensi:
AAK. 1994. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Hidayat. A. drh, dkk. 2002. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah Si Indonesia : Kesehatan Pemerahan. Dairy Technologi Improvement Project. PT. Sonysugema Presindo. Bandung
Siregar, S. 1989. Sapi Perah Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Penebar Swadaya: Jakarta
Sudono, A. Rosdiana, F. R, Setiawan, R. S. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Leave a Reply