Mencegah Sapi Mengalami Kembung

Kembung merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang hewan ternak seperti sapi dan domba. Penyakit kembung ini harus diwaspadai karena pada kasus yang berat akan berakibat fatal bagi ternak apabila tidak segera ditangani dengan baik. Sapi dan domba merupakan hewan ternak yang mempunyai sistem pencernaan yang kompleks karena hewan tersebut termasuk hewan memamah biak atau biasa disebut ruminansia karena mempunyai empat lambung. Dari keempat lambung, salah satu yang menonjol adalah lambung besar atau disebut rumen.

 

Sapi secara alami memiliki berbagai macam mikroorganisme aktif seperti bakteri dan jamur di dalam rumen. Mikroorganisme tersebut membantu sapi dalam mencerna pakan berserat seperti rumput maupun daun kacang-kacangan (leguminosa). Selama proses mencerna makanan inilah gas terbentuk di dalam lambung besar atau rumen berupa karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Sejumlah gas tersebut dapat dikeluarkan dengan sendirinya oleh sapi melalui sendawa. Proses sendawa pada sapi secara alami muncul setiap menit dan memerlukan waktu sekitar 10 detik untuk mengeluarkan gas secara keseluruhan. Jumlah gas yang terbentuk selama proses pencernaan makanan pada lambung besar sapi akan meningkat setelah makan dan mencapai puncaknya dalam waktu 2 hingga 4 jam. Proses sendawa pada waktu tersebut akan muncul lebih sering mencapai 3 hingga 4 kali per menit. Secara normal proses tersebut merupakan cara efisien untuk mengeluarkan gas dalam lambung besar sapi. Bila proses sendawa tidak terjadi, jumlah gas dalam lambung akan meningkat dan dapat menyebabkan terjadinya kembung atau biasa disebut dengan “bloat”

Jenis Kembung

Kembung secara umum dibagi menjadi dua, yaitu kembung karena penyumbatan gas dan kembung karena terbentuknya busa. Kembung karena terbentuknya busa merupakan kembung yang sering terjadi pada ternak. Kembung karena penyumbatan disebabkan karena penyumbatan jalan keluar gas dari lambung. Kembung karena terbentuknya busa dapat terjadi pada pemberian pakan rumput yang masih basah. Pemberian rumput yang masih basah dapat menyebabkan terbentuknya busa pada proses pencernaan di lambung besar dan menghambat keluarnya gas. Kembung karena terbentuknya busa juga dapat terjadi akibat hasil pencernaan makanan di lambung yang kurang baik. Pemberian konsentrat yang terlalu tinggi pada pakan dapat menyebabkan meningkatnya fermentasi pada lambung. Peningkatan fermentasi dapat menyebabkan peningkatan jumlah gas yang diproduksi pada lambung. Selain itu, peningkatan pemberian konsentrat yang tinggi dapat meningkatkan keasaman lambung yang dapat menekan aktivitas mikroorganisme sehingga tidak dapat mencerna pakan dengan baik. Pada kasus kembung karena busa dapat diberikan bahan anti busa yang berupa minyak-minyak tumbuhan (Bakazha Oil).

 

Pencegahan yang dapat dilakukan pada ternak agar tidak terjadi kembung yaitu:

1) Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya komposisi rumput dan daun kacang-kacangan yang benar,
2) Hijauan yang diberikan hendaknya dilayukan terlebih dulu,
3) Jika ada ternak yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau bergerak,
4) Usahakan mulut tetap terbuka atau tetap mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam mulut,
5) Selama musim hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang penggembalaan yang basah,
6) Jangan memberikan rumput atau hijauan yang masih segar atau basah,
7) Ternak jangan digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah,
8) Jangan membiarkan ternak terlalu lapar,
9) Jangan memberikan pakan yang sudah rusak/busuk/berjamur,
10) Hindari pemberian rumput atau hijauan yang terlalu banyak. Lebih baik diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering.

 

Penulis : Magistera Laningratum

 

Referensi:
Anonimus. 1994. Obat Tradisional Ternak Sapi. Lembar Informasi BIP Irian Jaya No. 139/94. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya.
Anonimus. 2016. Penyakit Kembung pada Sapi. https://www.suaranaknegri.com/2016/01/penyakit-kembung-pada-sapi.html (5 Oktober 2018)
Majak, W, et al. 2003. Bloat in Cattle. Canada. Alberta Agriculture and Rural Development.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*